Sungai Sigeaon Berpotensi Jadi Jurang di Kota Tarutung

Sungai Sigeaon sempat menjadi ikon Kota Tarutung karena melintas di tengah kota

topmetro.news – Sungai Sigeaon sempat menjadi ikon Kota Tarutung karena melintas di tengah kota. Di mana saat malam hari berkilau, tanggulnya dimanfaatkan muda/mudi tempat bersantai.

Sungai ini sempat juga sumber irigasi untuk ratusan hektar sawah di Kawasan Rura Silindung (Kecamatan Siholon, Tarutung, dan Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara).

Namun sekarang, sungai ini berhadapan pada sejumlah masalah. Selain debit air yang terus berkurang, penambangan pasir ilegal telah mengeruk dasar sungai sampai nol pasir.

“Ini suatu keprihatinan,” sebut Drs Angkus Situmeang, seorang tokoh masyarakat dan pemerhati lingkungan yang tinggal di Sipoholon.

“Sungai Sigeaon sudah memprihatikan dan berpotensi jadi jurang di tengah kota Tarutung,” sebutnya, Senin (17/1/2022).

Air Tanah

Ia mengatakan, salah satu masalah yang menimpa Sungai Sigeaon adalah debit air yang terus berkurang dari tahun ke tahun.

Faktor utama yang menurunkan debit air Aek Sigeaon adalah pembukaan lahan dan hutan besar besaran di bagian hulu sungai untuk kepentingan tanaman industri dan pemukiman. Pohon pohon penyumbang air tanah terus berkurang tahun demi tahun. Sementara konsesi untuk tanaman pohon rakus air semakin luas.

“Indorayon yang memperoleh konsesi penanaman eukaliptus dalam skala luas di Kecamatan Parmonangan dan sekitarnya termasuk penyebab berkurangnya aliran sumber air tanah di hulu Aek Sigeaon,” sebut Situmeang.

Sungai Berlumpur

Penelusuran topmetro.news, Minggu (16/1/2021), di beberapa titik Sungai Sigeaon, dasar sungai sudah benar-benar pada level kritis. Tidak ada lagi pasir. Yang muncul adalah lumpur. Seperti halnya di depan Gereja HKBP Siualuoppu Tarutung. (foto).

Kondisi ini menjadi salah satu indikator perubahan sungai yang sangat memprihatikan dan harus mendapat perhatian serius pemerintah daerah dan pusat.

Kehawatiran yang sama juga disampaikan Posma Sitompul SH warga Jalan Sisingamangaraja Naheong Tarutung. “Penambangan pasir ilegal dengan menggunakan puluhan mesin pompa penyedot pasir di Desa Hutagalung dan Lumban Ratusan Kecamatan Siatas Barita penyebab kerusakan ini,” ujar Sitompul.

Ia pun mendukung kampanye Gerakan ‘Save Aek Sigeaon Tarutung’, karena menghawatirkan Sungai Aek Sigeaon akan berada di dasar jurang serta jembatan akan runtuh.

“Bila penambangan pasir ini tidak ditertibkan dan tidak dilakukan rekonstruksi, malapetaka itu akan terjadi,” sebutnya dan menegaskan niatnya untuk mengkampanyekan Gerakan ‘Save Aek Sigeaon’.

reporter | Jansen Simanjuntak

Related posts

Leave a Comment